KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Allah Swt., yang atas rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada ibu ASRIWATI,S.Kep,S.Pd.MKes sebagai dosen mata kuliah “Ilmu Kesehatan Masyarakat” yang dengan
dukungannya sehingga tugas kuliah ini selesai tepat pada waktunya. Terima kasih
juga diucapkan kepada teman-teman serekan yang telah bekerjasama dan bersusah
payah, sehingga tugas ini selesai dengan baik.
Saya sebagai penulis pemula merasa
banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya, saya berharap
semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kita semua sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
Watampone, Mei 2014
Fitriani,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
I.
PENDAHULUAN......................................................................................
1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................3
II.
PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Definisi
Sehat Jiwa, Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa............. 4
B. Konsep Dasar
Community Mental Healthy Nursing.............................6
C. Peran dan
Fungsi Perawat/Bidan Kesehatan Jiwa Komunitas.............13
D. Kompetensi
Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas
(Competent Of Caring)........................................................................14
E. Pelayanan
Keperawatan Jiwa Komunitas............................................14
F. Jenis
Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja
dan Lansia)...........................................................................................29
G. Perkembangan
Keperawatan Jiwa Komunitas.....................................26
H. Perawatan
Klien Gangguan Jiwa........................................................ 26
III.
PENUTUP.................................................................................................30
A.
Kesimpulan..........................................................................................30
B.
Saran....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh
wilayah Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2010”,menurut
Depkes 1999. (http://www.litbang.depkes.go.id).
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka penyelenggaraan
upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum, diantaranya adalah
peningkatan upaya kesehatan melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan
(morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan kecacatan dalam masyarakat
terutama pada bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas
melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular serta pengobatan dan rehabilitasi. (http://www.litbang.depkes.go.id)
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
Negara-negara maju,modern dan industri.Keempat masalah kesehatan utama tersebut
adalah penyakit degeneratif,kangker,gangguan jiwa dan kecelakaan (Mardjono
dalam Hawari 2001).Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,namun beratnya gangguan
tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu
maupun kelompok akan menghambat pembangunan,karena mereka tidak produktif dan
tidak efisien.
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan
terjadinya gempa dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal 28
Maret 2005 yang melanda Kepulauan Nias, yang kesemuanya mengakibatkan dampak
fisik dan psikologis, maka WHO memandang perlu program CMHN.
Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari
proses rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan
persiapan yang melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan
dan pemerintah daerah setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan
CMHN, kegiatan Pelatihan Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic
Course of Community Mental Health Nursing (BC-CMHN) berupa pemberian
pengetahuan dan keterampilan bagi perawat Puskesmas, sehingga memiliki
kompetensi melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan jiwa,
selanjutnya implementasinya di masyarakat dan kegiatan supervisi.
WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif karena dapat
memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien gangguan jiwa di
masyarakat. Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mencantumkan judul
sebagai mana yaitu “Community Mental
Healthy Nursing (CMHN)”yg berarti keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan sehat jiwa, masalah psikososial, dan gangguan jiwa ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan konsep dasar community mental heart nursing?
3.
Bagaimana
konseptual model keperawatan jiwa komunitas?
4.
Bagaimana
peran dan fungsi bidan kesehatan
jiwa komunitas?
5.
Bagaimana
kompetensi bidan kesehatan jiwa komunitas
(competent of caring)
6.
Bagaimana pelayanan keperawatan jiwa komunitas ?
7.
Apa saja enis Gangguan Jiwa yang ditangani (Anak,
Remaja, dan Lansia)
8.
Bagaimana
perkembangan keperawatan jiwa komunitas ?
9.
Bagaimana perawatan klien gangguan jiwa ?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk
mendapatkan informasi tentang ilmu kebidanan khususnya pada bidang keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Memperoleh
informasi tentang keberadaan CMHN pada ilmu keperawatan saat ini.
b.Mengetahui konseptual model keperawatan kesehatan jiwa masayarakat yang
ada.
c. Memperoleh pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada kesehatan jiwa komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sehat Jiwa, Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
1.
Pengertian
Sehat jiwa
a.
Kesehatan
Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain
b.
Kesehatan
jiwa adalah suatu kondiri yang memungkinkan perkembangan optimal bagi individu
secara fisik,intelektual dan emosional sepanjang hal itu tidak bertentangn
dengan kepentingan orang lain (WHO)
c.
Sehat jiwa
menurut Dirjen Keswa Depkes RI (1991) adalah kondisi yang memungkinkan
berkembangnya fisik,intelektual dan emosional seseorang secara oftimal sehingga
ia mampu tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya secara wajar dengan harkat
martabat manusia
d.
Kesehatan
jiwa deselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara oftimal baik
intelektual maupun emosional (pasal 24,UU tentang kesehatan,1992).Upaya
peningkatan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
oftimal,baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan
kesehatan,pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,agar
seseorang dapat tetap atau kembali hidup secara harmonis,baik dalam lingkungan
keluarga,lingkungan kerja dan atau dalam lingkungan masyarakat.
e.
Kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi mental sejahera yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Ciri-ciri sehat jiwa adalah :
a.
Bersikap
positif terhadap diri sendiri
b.
Mampu
tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.
c.
Mampu
mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
d.
Bertanggung
jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil
e.
Mempunyai
persepsi yang realistis dan menghargai perasaan perasaan serta sikap orang lain
f.
Mampu
menyuaikan diri dengan lingkungan
Ciri – ciri
individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan
baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama orang lain.
2.
Masalah
Psikososial
Masalah
psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat
psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa, atau
(gangguan kesehatan) secara nyata, atau
sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial.
Ciri-ciri masalah psikososial, yaitu :
a.
Cemas,
hawatir berlebihan, takut
b.
Mudah
tersinggung
c.
Sulit
berkonsentrasi
d.
Bersifat
ragu-ragu merasa rendah diri
e.
Merasa
kecewa
f.
Pemarah dan
agresif
g.
Reaksi fisik
seperti jantung berdebar,, otot tegang, sakit kepala
3.
Gangguan
Jiwa
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi gangguan jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanaan peran.
Ciri-ciri gangguan jiwa, yaitu :
a.
Sedih
berkepanjangan
b.
Tidak
bersemangat dan cenderung malas
c.
Marah tanpa
sebab
d.
Menggantung
diri
e.
Tidak
mengenali orang
f.
Bicara kacau
g.
Bicara
sendiri
h.
Tidak mampu
merawat diri
B. Konsep Dasar
Community Mental Healthy Nursing
1. Pengertian
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat
jiwa , rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan
serta pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang berfokuskan pada
pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder
pada anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan
jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan.
Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek
kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
a.
Aspek
(bio-fisik)
Dikaitkan
dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag dialami anggota
masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala rangka adaptasi mereka
terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang
akut,kronis maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.
b.
Aspek
psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat
seperti ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang
memerlukakan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
c.
Aspek social
Dikaitkan
dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan pekerjaan ,
tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor
terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d.
Aspek
cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan
sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
ditemukan.
e.
Aspek
spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan
sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah
kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan
jiwa integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan
agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.
2. Prinsip-Prinsip
Kesehatan Jiwa
a.
Therapeutic
Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat/bidan dengan klien).
b.
Conceptual
models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
c.
Stress
adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
d.
Biological
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan
jiwa).
e.
Psychological
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
f.
Sociocultural
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam
keperawatan jiwa).
g.
Environmental
context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam
keperawatan jiwa).
h.
Legal
ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
i.
Implementing
the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan:
dengan standar- standar perawatan).
j.
Actualizing
the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi
peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
3. Jenis –
jenis CMHN
a.
Basic Course
(BC) CMHN
Sasaran : perawat/bidan keswamas (puskesmas)
Kegiatan :perawat/bidan diberikan pelatihan cara
memberikan asuhan keperawatan (7 Dx Keperawatan) pada klien dan keluarga
pasien gangguan jiwa dirumah.
b.
Intermediate
Course (IC) CMHN
Sasaran : Kader Keswa dan Perawat/Bidan Keswa
(Puskesmas)
Kegiatan :
1.
Membentuk
desa siaga sehat jiwa
2.
Merekrut dan
melatih kader keswa untuk skreening ggn jiwa di masyarakat, masalah psikososial
dan sehat jiwa.
3.
Melatih
perawat keswa mengintervensi klien dengan masalah psikososial dan mengembangkan
rehabilitasi pasien gangguan jiwa.
c.
Advance
Course (AC) CMHN
Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal
dan informal serta masyarakat luas
Kegiatan :
1.
Manajemen keperawatan kesehatan jiwa
2.
Kerjasama
Lintas sektoral
1.
Psycoanalytical
(Freud, Erickson). Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada
seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral). Faktor
penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis
terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar
berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya
pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas
pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode
asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa
lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan
tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal
dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan
cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan
therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran
perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2.
Interpersonal
( Sullivan, peplau). Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias
muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut seseorang
didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran
perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien
saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (
perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan
oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien
dalam berhubungan dengan orang lain.
3.
Social (
Caplan, Szasz). Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental
factors create stress, which cause anxiety and symptom). Prinsip proses terapi
yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and
social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya :
menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja.
4.
Existensial
( Ellis, Rogers). Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam Body imagenya. Prinsip dalam proses terapinya
adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima
kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept
self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan
untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya
melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran
diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
5.
Supportive
Therapy ( Wermon, Rockland). Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah:
factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan
bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah
bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan
pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa
lalu. Prinsip proses terapinya adalah
menguatkan respon coping adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu
kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternative pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam
melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien.
Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
menyiapkan coping klien yang adaptif.
6.
Medica (
Meyer, Kraeplin). Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor
sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat
berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian
terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan
jenis pendekatan terapi yang digunakan.
C. Peran dan
Fungsi Perawat/Bidan Kesehatan
Jiwa Komunitas
Keperawatan
kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi
sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya
dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya.
Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting
untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari
lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari
ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik
keperawatan.
1.
Pengkajian
yg mempertimbangkan budaya
2.
Merancang
dan mengimplementasikan rencana tindakan
3.
Berperan
serta dalam pengelolaan kasus
4.
Meningkatkan
dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental -
penyuluhan dan konseling
5.
Mengelola
dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien,
keluarga staf dan pembuat kebijakan
6.
Memberikan
pedoman pelayanan kesehatan
D. Kompetensi
Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas (Competent Of Caring)
1.
Pengkajian
biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2.
Merancang
dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
3.
Peran serta
dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga.
4.
Memberikan
pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber
yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait,
teknologi dan sistem sosial yang paling tepat.
5.
Meningkatkan
dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui
penyuluhan dan konseling.
6.
Memberikan
askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa
dengan masalah fisik.
7.
Mengelola
dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien,
keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
E. Pelayanan
Keperawatan Jiwa Komunitas
Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa
yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi
masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yag memerlukan
pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat
pencegahan yaitu pencegaha primer , sekunder, dan tersier.
1.
Pencegahan
Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa
sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan , program
stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa , manajemen stress ,
persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
a.
Memberikan
pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :
1) Pendidikan menjadi orangtua
2) Pendidikan tentang perkembangan anak
sesuai dengan usia.
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b.
Pendidikan
kesehatan mengatasi stress
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
4) Stress pasca bencana
c.
Program
dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan
pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini
mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi
orangtua asuhbagi anak yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian
masing-masing untuk mendapatkan pekerjaan
4) Mnedapatkan dukungan pemerintah dan LSM
untuk memperoleh tempat tinggal.
d.
Program
pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering digunakan sebagai koping untuk mengtasi masalah.
Kegiatan yang dilakukan:
1)
Pendidikan
kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
2)
Latihan
asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti orang lain.
3)
Latihan
afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri seseorang.
e.
Program
pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian
masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh karena itu perlu
dilakukan program :
1)
Memberikan
informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanda-tanda bunuh
diri.
2)
Menyediakan
lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3)
Melatih
keterampilan koping yang adaptif.
2.
Pencegahan
Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah
anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan
gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a.
Menemukan
kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai sumber
seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b.
Melakukan
penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Melakukan
pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua pasien yang berobat
kepukesmas dengan keluhan fisik.
2)
Jika
ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka
lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
3)
Mengumumkan
kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di tempat– tempat umum)
4)
Memberikan
pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai dengan standar
pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan dokter) dan memonitor
efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
5)
Bekerja sama
dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan pasien untuk
mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan
pengobatan).
6)
Melibatkan
keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan segera
kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan
menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7)
Menangani
kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang aman, melakukan
pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan rujukan jika mengancam
keselamatan jiwa.
8)
Melakukan
terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu pemulihan
pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi keluarga dan terapi
lingkungan.
9)
Memfasilitasi
self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau kelompok masyarakat
pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas masalah-masalah yang terkait
dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24
pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.
11) Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3.
Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana
keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi
kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu
anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas pada
pencegahan tersier meliputi :
1.
Program
dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat seperti : sumber
pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh masyarakat), dan
pelayan terdekat yang terjangkau
a.
Pendidikan
kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap penerima pasien
gangguan jiwa.
b.
Penjelasan
tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam penanganan pasien yang
melayani kekambuhan.
2.
Program
rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri berfokus
pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :
a.
Meningkatkan
kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan menyelesaikan masalah dengan
cara yang tepat
b.
Mengembangkan
sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat.
c.
Menyediakan
pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan oleh pasien,
keluarga dan masyarakat agar pasien produktif kembali.
d.
Membantu
pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan untuk dirinya.
3.
Program
sosialisasi
a.
Membuat
tempat pertemuan untuk sosialisasi.
b.
Mengembangkan
keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari [ADL],mengelola rumah tangga,
mengembangkan hobi
c.
Program
rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi.
d.
Kegiatan
sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama, majelis taklim,
kegiatan adat)
4.
Program
mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam masyarakat terhadap
gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk
menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa
kegiatan yang dilakukan, yaitu :
a.
Memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan
jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien gangguan jiwa.
b.
Melakukan
pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang berpengaruh dalam rangka
mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
F. Jenis
Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja dan Lansia)
1. Jenis
gangguan jiwa yang ditangani pada Anak
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa
mencapai 11,6 % dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Hal ini
menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi Kementerian Kesehatan
karena merupakan tantangan yang besar dengan kompleksitas tinggi di berbagai
lapisan dan aspek kehidupan. Anak-anak
dapat menderita gangguan jiwa, sebagai berikut :
a.
Gangguan kecemasan : Anak-anak dengan
gangguan kecemasan menanggapi hal-hal tertentu atau situasi dengan rasa takut
dan ketakutan, serta dengan tanda-tanda fisik dari kecemasan (gugup), seperti
detak jantung yang cepat dan berkeringat.
b.
Gangguan perilaku : Anak-anak dengan
gangguan ini cenderung untuk menentang aturan dan sering mengganggu di
lingkungan terstruktur, seperti sekolah.
c.
Gangguan perkembangan : Anak-anak dengan
gangguan ini biasanya pola pemikiran mereka memiliki masalah dalam memahami
dunia di sekitar mereka.
d.
Gangguan makan : Gangguan makan
dapat melibatkan emosi dan sikap, serta perilaku yang tidak biasa, terkait
dengan kondisi tubuh bahkan makanan.
e.
Gangguan Eliminasi : Gangguan ini mempengaruhi
perilaku yang terkait dengan pembuangan limbah tubuh (feses dan urin).
f.
Gangguan Afektif : Gangguan ini
melibatkan perasaan sedih terus menerus bahkan berubahnya suasana hati dengan
cepat.
g.
Skizofrenia : Ini adalah gangguan serius
yang melibatkan persepsi terdistorsi dan pikiran.
h.
Gangguan Tic : Gangguan ini menyebabkan
seseorang untuk melakukan aktifitas yang sama serta berulang, gerakan tiba-tiba
dan tak terkendali serta sering.
Beberapa penyakit, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan
afektif, dan skizofrenia, dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak.
Sedangkan gangguan perilaku dan gangguan perkembangan, gangguan eliminasi,
gangguan belajar dan komunikasi dimulai pada masa kanak-kanak saja, meskipun
dapat berlanjut terus sampai dewasa. Dalam kasus yang jarang terjadi, gangguan
tic dapat terjadi pada orang dewasa. Tetapi hal yang tidak biasa bagi seorang
anak memiliki lebih dari satu gangguan.
2. Jenis
Gangguan jiwa yang ditangani pada Remaja
a.
Gangguan Cemas
Cemas (ansietas) adalah perasaan gelisah yang dihubungkan dengan suatu
antisipasi terhadap bahaya, ini berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
bentuk respon emosional terhadap bahaya yang obyektif, walaupun manifestasifisiologik
yang ditimbulkannya sama cemas merupakan suatu bentuk pengalamanan yang umum,
tapi dapat ditemui dalam bentuk yang berbeda pada gangguan psikiatrik dan
gangguan medis Diagnosis mengenai cemas ditegakkanapabila gejala cemas
mendominasi dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau gangguan yang nyata.
b.
Gangguan Depresi
Dalam perkembangan normal pun seorang remaja mempunyai kecenderungan untuk
mengalami depresi, oleh karena itu sangatlah penting untuk membedakan secara
jelas dan hati-hati antara depresi yang disebabkan oleh gejolak
mood yang normal pada remaja (adolescent turmoil) dengan depresi yang patologik. Akibat sulitnya membedakan antara kedua kondisi diatas, membuat depresi pada remaja sering tidak terdiagnosis, bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada remaja sering kali akan berlanjut sampai
masa dewasa. Menurut Carlson, seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada remaja menjadi tipe primer dan sekunder.
mood yang normal pada remaja (adolescent turmoil) dengan depresi yang patologik. Akibat sulitnya membedakan antara kedua kondisi diatas, membuat depresi pada remaja sering tidak terdiagnosis, bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada remaja sering kali akan berlanjut sampai
masa dewasa. Menurut Carlson, seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada remaja menjadi tipe primer dan sekunder.
1. Tipe primer : bila tidak ada gangguan
psikiatrik sebelumnya
2. Tipe sekunder : bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan dengan
gangguan psikiatrik sebelumnya. Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya
lebih kacau, lebih agresif, mempunyai lebih banyak kelelahan sometik, dan lebih
sering terlihat mudah tersinggung, putus asa, mempunyai ide bunuh diri, problem
tidur, penurunan prestasi sekolah, harga diri yang rendah , dan tidak patuh.
c.
Gangguan somatoform ( Psikosomatik )
Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat umum sebagai gangguan psikosomatik
. Ciri uatama dari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang
berulang, yang disertai dengan dengan permintaan pemeriksaan medis : meskipun
sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh
dokter bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi dasar keluhannya.
Pasien biasanya menolak adanya kemungkinan penyebab psikologis, walaupun
ditemukan gejala ansietas dan depresi yang nyata.
d. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan yang berat
dalam kemampuan menilai realitas, yang bukan karena retardasi mental atau
gangguan penyalahgunaan NAPZA. Terdapat gejala yaitu waham , halusinasi,
perilaku yang sangat kacau , pembicaraan yang inkoheren ( kacau ) , tingkah laku agitatif dan disorientasi yang termasuk gangguan psikotik antara lain :
perilaku yang sangat kacau , pembicaraan yang inkoheren ( kacau ) , tingkah laku agitatif dan disorientasi yang termasuk gangguan psikotik antara lain :
· Skizofrenia
· Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik
· Gangguan waham
· Gangguan mental organik dengan gejala psikotik ( yang ditandai oleh adanya
antara lain delirium,demensia )
Skizofrenia pada masa kanak dan remaja didefinisikan sama dengan
skizofrenia pada masa dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, seperti adanya
defisit pada fungsi adaptasi, waham, halusinasi, asosiasi yang melonggar atau
inkoherensi ( isi pikir yang kacau ), katatonia, afek yang tumpul atau tidak
dapat diraba-rabakan.
e. Gangguan Penyalahgunaan NAPZA ( Narkotik, Alkohol,
Psikotropika, dan zat Adikiflainnya )
Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat . faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada remaja penyalahgunaan NAPZA :
Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat . faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada remaja penyalahgunaan NAPZA :
· Konflik keluarga yang berat
· Kesulitan Akademik
· Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan
tingkah laku dan depresi.
· Penyalahgunaan NAPZA oleh orang –tua dan teman
· Impulsivitas
· Merokok pada usia terlalu muda.
Semakin banyak faktor risiko yang ada, semakin besar kemungkinan seorang
remaja akan menjadi penggunaan NAPZA.
3. Jenis
Gangguan Jiwa yang ditangani pada Lansia
a.
Skizofernia
Skizofrenia Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat
dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi
kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena
menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia
pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia)
(Dep.Kes.1992).
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada
alam pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga
menyebabkan gangguan emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas,
bingung, mudah marah, mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga gangguan
perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan kemampuan dalam menilai
realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun orang.
Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang
khas seperti mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau
mendengar dua orang atau lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia
merasa menjadi orang ketiga.
b.
Parafrenia
Parafrenia merupakan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada
lanjut usia (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini
sering dianggap sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan
gangguan depresif di pihak lain. Lebih sering terjadi pada wanita dengan
kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan ciri-ciri paranoid
(curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak menikah
atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun
sulit mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik
terdapat gangguan pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas
sosial rendah atau lebih rendah.
c.
Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan
keadan emosi. Gangguan afektif ini antara lain:
1) Gangguan Afektif tipe Depresif
2) Gangguan Afektif tipe Manik
d.
Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia).
Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena
disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada
sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan yang
didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan neurosis pada
lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuki
tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala
utama dengan daya tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya yang baik.
Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang neurosis tetap baik,
namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Secara umum gangguan
neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Neurosis cemas dan panic
2) Neurosis obsesif kompulsif
3) Neurosis fobik
4) Neurosis histerik (konversi)
5) Gangguan somatoform
6) Hipokondriasis
G. PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS
Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik
↓
Pencegahan
primer
↓
Penanganan
multidisiplin
↓
Spesialisasi
keperawatan jiwa
1.
DULU :
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung
2.
SEKARANG :
a. Meningkatkan Iptek
b. Pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa meningkat
c. Perlu pemahaman tentang human right
d. Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan konsumen.
H. Perawatan
Klien Gangguan Jiwa
1.
Perawatan di
Rumah Sakit Jiwa.
Rencana keperawatan klien di
rumah sakit jiwa meliputi:
a.
Rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan selama klien dirawat: Pada awal klien di
rawat,perawat hendaknya melakukan kontrak hubungan dengan klien dan
keluarga.Keluarga mengetahui peran dan tanggung jawabnya dalam proses
keperawatan yang direncanakan melalui kontrak yang telah disepakati.Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama untuk membantu
klien mengungkapkan dan mengenal perasaannya,mengidentifikasi kebutuhan dan
masalahnya,mencari alternative pemecahan masalah,melaksanakan alternative yang
dipilih serta mengevaluasi hasilnya.Tindakan keperawatan terhadap keluarga
antara lain:
1)
Menyertakan
keluarga dalam rencana perawatan klien
2)
Menjelaskan
pola perilaku klien dan cara penanganannya
3)
Membantu
keluarga berperilaku terapeutik,yang dapat menolong memecahkan masalah klien.
4)
Mengadakan
pertemuan antar keluarga klien:diskusi,membagi pengalaman,mengatasi masalah
klien.
6)
Menganjurkan
kunjungan keluarga yang teratur.
Persiapan Pulang: Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilajutkan
dengan perawatan di rumah.Untuk itu,selama di rumah sakit perlu dilakukan
persiapan pulang.Persiapan pulang dilakukan segera mungkin setelah dirawat
serta diintegrasikan di dalam proses keperawatan.Persiapan atau rencana pulang
bertujuan untuk:
1)
Menyiapkan
klien dan keluarga secara fisik,psikologis dan sosial
2)
Meningkatkan
kemandirian klien dan keluarga.
3)
Melaksanakan
rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat
4)
Melaksanakan
proses pulang yang bertahap.
b.
Beberapa
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dalampersiapan pulang adalah:
1)
Pendidikan
(edukasi,reedukasi,reorientasi).Youssef menemukan penurunan angka kambuh pada
klien dan keluarga yang mengikuti program pendidikan.Pendidikan kesehatan ini
ditujukan pula untuk mencegah atau menguraikan dampak gangguan jiwa bagi klien.
Program pendidikan yang dapat dilakukan adalah: a) Ketrampilan khusus:
ADL,perilaku adaptif,aturan makan obat,penataan rumah tangga,identifikasi
gejala kambuh,pemecahan masalah. b) Keterampilan umum: komunikasi
efektif,ekspresi emosi yang konstruktif,relaksasi,pengelolaan stress (stress
management).
2)
Program
pulang bertahap.Setelah klien mempunyai kemampuan dan ktrampilan mandiri maka
klien dapat mengikuti program pulang bertahap.Tujuannya adalah melatih klien
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat.Klien,keluarga,bahkan kalau perlu
masyarakat dipersiapkan, antara laian apa yang harus dilakukan klien di rumah,
apa yang harus dilakukan keluarga untuk membantu adaptasi.Kegiatan yang
dilakukan klien dan keluarga di rumah dapat dibuat daftar dan dievaluasi
keberhasilannya sebagai data untuk rencana berikut.
3)
Rujukan.
Integrasi kesehatan jiwa di Puskesmas sebaiknya mempunyai hubungan langsung
dengan rumah sakit.Perawat komuniti (Puskesmas) sebaiknya mengetahui
perkembangan klien di rumah sakit dan berperan serta dalam membuat rencana
pulang.
c.
Rencana
Perawatan di rumah.
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan
pada Puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program integrasi kesehatan
jiwa.Perawat komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai
“ruang perawatan”.Perawat,klien dan keluarga bekerja sama untuk membantu proses
adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat.Perawat dapat membuat kontrak
dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan aftercare di
Puskesmas. Perawat membantu klien dan keluarga menyesuaikan diri dilingkungan
keluarga,dalam hal sosialisasi,perawatan mandiri dan kemampuan memecahkan
masalah.
2.
Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Di Puskesmas
Perawat komuniti (Puskesmas) sebaiknya mengetahui perkembangan klien di
rumah sakit dan berperan serta dalam membuat rencana pulang, dan sebaliknya
pada klien gangguan jiwa yang akan dirujuk ke RSJ.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan profesional didasarkan pada
ilmu perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan
dengan respon psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan
bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa
(komunikasi terapetik dan dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa)
melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa. klien, (individu,
keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat
melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari
sebagaimana mestinya, Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa,
perawat sangat penting untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya,
serta memahami beberapa konsep dasar yangf berhubungan denga asuhan keperawatan
jiwa.
B. Saran
- Seharusnya informasi yang didapatkan mengenai upaya kesehatan jiwa didapatkan harus lebih lengkap lagi.
- Upaya kesehatan jiwa yang dilakukan di berbagai daerah sudah mencapai titik keberhasilan. Namun belum ada upaya yang dilakukan untuk menaikkan tingkat keberhasilan tersebut. Agar semakin tahun atau bulan upaya kesehatan jiwa tersebut dapat berjalan dengan baik dan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna.
2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas CMHN Basic. Jakarta: EGC.
Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post
14 Maret 2012. Diambil pada tanggal 15 April 2013, dari alamat
Dunia Remaja, Beberapa jenis gangguan j
Aptvideos | Video Dodl Casino Canada
BalasHapusAptvideos youtube to mp3 320 is the leading video casino destination for high quality casino video games. Find out more about Aptvideos online here! Rating: 4.8 · 2 votes
Slot Machine Casinos and Slots - MapYRO
BalasHapusSearch for "Slot Machine Casinos and Slots" at MapYRO. Find your favorite 순천 출장안마 slot machines 상주 출장샵 and 안양 출장안마 play for 충청남도 출장마사지 free 여주 출장샵 at MapYRO.